Kota Pontianak yang damai dihuni warga multietnis mendadak sontak ricuh gara-gara spanduk merah bertuliskan “Tolak Pembentukan FPI di Kalbar” terpampang di depan Asrama Mahasiswa Pangsuma, Jalan KH Wahid Hasyim, Rabu (14/3).
Pengurus dan anggota Forum Pembela Islam (FPI) kontan berang, segera mencabut spanduk di gerbang asrama mahasiswa di depan RSU St Antonius Pontianak itu. Akibatnya sudah dapat diduga, muncullah keributan.
Diawali ketegangan antara penghuni Asrama Mahasiswa Pangsuma dengan puluhan massa yang sudah ramai berkerumun. Tekak-menekak pun terjadi, namun perang mulut kedua pihak tidak diwarnai kekerasan. Kedua pihak malah sempat turun ke jalan namun tetap tidak melakukan adu fisik.
Akhirnya aparat kepolisian pun turun menyita spanduk yang menimbulkan kemarahan anggota FPI tersebut. Kapolresta Pontianak Kombes Pol Muharrom Riyadi tampak turun ke lokasi bersama sejumlah jajarannya. Setelah itu situasi tenang.
Menjelang petang tiba-tiba ketegangan terjadi lagi sehingga sejumlah anggota polisi ditambah lagi barikade kawat berduri dipasang dan mobil water canon diturunkan. Dalam situasi itu malah yang terjadi adalah ketegangan antara massa dan aparat polisi. Akhirnya massa berhasil digiring dan dibubarkan.
Aparat kepolisian kemudian melakukan sweeping mencari sumbernya, sehingga ditemukan spanduk yang provokatif tersebut. Polisi langsung mengamankan barang bukti.
Meskipun barang bukti sudah diamankan, sejumlah simpatisan FPI masih tidak terima dengan pemasangan spanduk itu. Mereka berteriak-teriak tidak pernah mengusik etnis ataupun agama lain di Kota Pontianak ini.
Syahroni, Dewan Suro FPI Kalbar, turun ke lapangan dan tiba di lokasi menenangkan massanya serta simpatisan. Diduga ada provokator yang menyebabkan munculnya keributan ini.
“Kami minta masyarakat jangan terprovokasi dengan hal-hal yang tidak diinginkan. Kami juga meminta penegak hukum agar mencari provokator yang menjadi pemicu. Karena hal ini sudah dimasuki provokator,” ungkap Syahroni, Rabu (14/3), setelah situasi mereda.
Pihak FPI, kata Syahroni, sudah melakukan pertemuan dengan Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar Yakobus Kumis untuk diajak dialog menjaga keamanan Kalbar.
“Ini sudah dimasuki provokator yang mencoba memecah belah hubungan yang sudah dibangun selama ini. Aktor, kelompok, atau siapa pun yang menjadi provokator harus dicari agar tidak menjadi bumerang,” ujar Syahroni.
Dia juga mengingatkan bahwa ada kelompok atau aktor intelektual yang ingin memperkeruh suasana dan memanfaatkan situasi menjelang Pilgub Kalbar 2012 ini.
“Warga Kalbar jangan terprovokasi. Ada yang ingin memecah belah hubungan antarumat beragama, antaretnis, agar situasi politik kacau menjelang pilgub. Kami hanya meminta penegak hukum mencari provokatornya pemicu keributan, dan ditindak,” tegas Syahroni lagi.
Martius, 54, salah seorang yang mengaku sebagai pengurus DAD Kalbar ketika di lokasi keributan bersama Syahroni, juga tidak pernah menolak FPI atau apa pun.
“Yang penting situasi Kalbar aman, jangan sampai masyarakat terpecah belah. Kita tidak pernah membawa konsep yang tidak bagus. Bahkan sejak tahun 2000 hingga sekarang tetap berjalan dengan baik,” ujarnya.
Martius mengatakan perlunya duduk satu meja, bertemu membahas permasalahan yang terjadi. “Masalah ini tidak ada kaitannya dengan yang terjadi di Kalteng. Kita akan berkoordinasi bagaimana caranya, agar jangan sampai terjadi keributan,” tandasnya.
Sementara itu, Kapolresta Kombes Pol Muharrom mengatakan semuanya sudah bisa diatasi. Diharapkan masyarakat jangan terpancing isu demi menjaga situasi yang kondusif. “Semuanya sudah bisa kita atasi, tidak terjadi apa-apa,” ujarnya.
Kapolda Kalbar Brigjen Unggung Cayono melalui AKBP Mukson Munandar mengimbau masyarakat agar menghormati sesama umat beragama dan saling menjaga kedamaian di Kalbar.
“Kedamaian di Kalbar harus terjaga. Jika ada masalah dalam masyarakat, selesaikan dengan cara kekeluargaan, jangan sampai menimbulkan efek yang tidak diinginkan,” kata Mukson.
Dia menambahkan, dengan menciptakan keamanan dan ketertiban di masyarakat Kalbar akan terus tenteram. “Terciptanya suasana kamtibmas di masyarakat menjadi modal dasar kita untuk membangun Kalbar,” katanya. (sul/hak)